Selasa, 18 September 2007

......

......................

Pada dasarnya masyarakat masih membutuhkan pekerjaan tidak terkecuali untuk bidang sekuriti. Masyarakat masih merasakan sulitnya mencari pekerjaan. Persoalan yang ada sehingga masyarakat kurang berminat dibidang sekuriti adalah nuansa bisnisnya yang begitu kental. Masyarakat menganggap bahwa mereka merasa dirugikan jika masuk ke dunia sekuriti.
Negara kita, menurut catatan dari bank dunia lebih dari 35% tinbgkat pengangguran yang ada di Indonesia. Kalau jumlah penduduk Indonesia kitaasumsikan 300 juta orang berarti ada sekitar 105 juta penduduk Indonesia yang menganggur. Tingginya angka pengangguran tersebut seharusnya menjadi peluang yang sangat baik bagi perusahaan untuk menarik tenaga kerja. Tetapi kenapa hal tersebut terjadi sebaliknya?
Menurut Djimanto, untuk pertumbuhan ekonomi sebesar 0,5% akan mampu membuka lapangan pekerjaan untuk 2 juta orang. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia sekarang ini, 2007, hanya sekitar 6%, berarti pertumbuhan ekonomi kita hanya menyerap tenaga kerja sekitar 12 juta orang saja. Sedangkan angka pengangguran begitu tingginya dan terus bertambah setiap tahunnya.
Secara matematis sebenarnya tidak kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja, sekuriti. Karena jumlah tenaga kerja yang tersedia sangat banyak. Puluhan juta pengangguran usia produktif dan pengangguran terselubung tersedia melimpah di Indonesia. Kalau perusahaan sekuritin sekarang ada sekitar 300 perusahaan. Berarti satu perusahaan sekurit bisa mendapat jatah sekitar 300 ribuan orang untuk dididik menjadi sekuriti.

Tidak ada komentar: