Rabu, 19 September 2007

Bisnis Sekuriti Masa Kini



Badan Usaha Jasa Pengamanan dan Penyelamatan (BUJPP) sampai sekarang berubah menjadi Badan Usaha Jasa Pengamanan (BUJP) semakin digemari oleh praktisi bisnis. Mulai dari pengusaha yang baru mau terjun dunia usaha, pengusaha yang mencoba ekspansi usaha, politisi yang mencoba untuk mencari peruntungan didunia usaha, dan masih banyak lagi kalangan lain yang ikut terjun. Dari sekina banyak kalangan yang terjun dalam dunia bisnis sekuriti, pada umumnya dunia usaha bidang sekuriti lebih didominasi oleh purnawirawan TNI maupun polri. Karena mereka itulah yang umumnya mempunyai lebih banyak akses masuk ke pemilik usaha sehingga mudah untuk mendapat kepercayaan. Tetapi tidak sedikit pula yang sipil professional dan kompetence dalam bidang pengamanan.
Kita ambil contoh saja perusahaan sekuriti yang dilakukan oleh mantan purnawiran; PT. Nawakara atau 911 dan PT. Elang Cakra Securindo. BUJPP dengan pemilik sipil murni; PT. Putratama Bhakti Satria, PT. Persada Nusantara, dan PT. Intira Putra Perkasa. begitu menggiurkannya bisnis jasa sekuriti ini sehingga pertumbuhannya bak cendawan dimusim hujan.
Pertumbuhan yang begitu pesat terjadi berkisar pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2007. Banyak perusahaan sekuriti bermunculan. Perusahaan baru yang memang baru didirikan ataupun perusahaan yang meruapakan sempalan dari perusahaan sekuriti yang sudah ada. Semuanya tumbuh dan ikut berkompetisi dalam dunia bisnis sekuriti. Ada perusahaan sekuriti dengan modal asal mendapat klien dan untung. Tetapi tidak sedkiti pula perusahaan sekuriti yang benar-benar professional dengan didukung sumber daya manusia handal.
Kalau kita amati pasar usaha bisnis jasa sekuriti pada saat ini meruapakan bisnis tentang kepecayaan. Seorang pemilikik usaha kepada seseorang untuk mengamankan kantor, pabrik dan tempat usaha lainnya lalu diserahkan kepada orang kepercayaan tersebut untuk mengelolanya. Walaupun tidak sedikti pula yang melalui tender murni. Pada umunya perusahaan yang menggunakan tender adalah badan usaha milik negara atau badan perusahaan besar dengan tingkat potensi gangguan keamanan yang tinggi, obyek vital nasional.
Pada saat ini, perusahaan sekuriti yang bisa bertahan untuk hidup jika pengurusnya mempunyai jaringan dengan pengusaha secara luas. Tanpa hal tersebut sulit bagi suatu perusahaan sekuriti untuk dapat eksis. Dukungan SDM, sumber daya manusia, dan sistem yang bagus seakan menjadi nomor dua.
Proses awal yang dilakukan perusahaan sekuriti untuk mendapat kepercayaan agar dapat mengelola sebuah pengamanan adalah memberikan keyakinan kepada calon pengguna jasa. Pada tahap ini biasanya perusahaan sekuriti akan menakut-nakuti calon klien dengan tingginya potensi gangguan keamanan yang ada di lokasi yang akan menjadi obyek pengamanannya. Potensi ancaman dibuat setinggi mungkin samapi calon klient merasa takut. Sehingga dia akan meminta kepada perusahaan sekuriti untuk melakukan pengamanannya
Tidak mengherankan jika pada saat sedang ramai-ramainya pengeboman di Indonesia, khususnya di Jakarta, banyak pusat perbelanjaan yang meminta pengamanan ekstra dari perusahaan sekuriti. Pengusaha merasa takut pengunjung tidak akan datang ke pusat perbelanjaan miliknya. Pengusaha juga takut jika bom itu terjadi dan meledak di pusat perbelanjaan miliknya maka kerugian besar akan menimpanya. Tidak mengherankan jika pada saat itu banyak pemilik pusat perbelanjaan yang panik dan meminta pengamanan kepada perusahaan sekuriti. Walaupun sekuriti yang menjaganya pusat perbelanjaan tersebut juga mengetahui bagaimana bentuk dari bom itu sendiri.
Setiap pintu masuk dipasang anggota sekuriti lengkap dengan mirror, metal detector, dan entry scan. Belum cukup sampai disitu, pengunjung semua juga harus menjalani proses pemeriksaan oleh petugas sekuriti. Kalau kita perhatikan dengan seksama, mirror yang digunakan sanagtlah tidak standard untuk melihat suatu bahan peledak disebuah kendaraan. Metal detector yang digunakan juga terkadang tidak berfungsi. Lebih parah lagi, petugas sekuriti pada umumnya juga tidak mengetahui bagimana bentuk dari bom atau bahan peledak itu sendiri. hal tersebut tidak jauh bedanya dengan orang mencari kucing tapi tidak tahu kucing itu binatang seperti apa. Jangan-jangan yang dicari kucing yang ditangkap ayam. Karena ketidaktahuannya tentang kucing tersebut.
Itulah yang terjadi pada dunia sekuriti sekarang ini. Walaupun tidak semua seperti itu. Ada juga perusahaan sekuriti yang professional dengan sistem yang bagus. Mereka memiliki SDM yang handal. Sistem yang mampu mengantisipasi segala bentuk gangguan keamanan. Mampu melakukan identifikasi potensi gangguan keamanan. Mampu mengkalisifikasikan dan membuat pemeringkatan suatu ancaman keamamanan. Pada akhirnya mereka mampu juga untuk memmbuat suatu sistem pengamanan untuk mengantisipasi ptensi ancaman keamanan tersebut agar tidak terjadi.
bersambung................

Selasa, 18 September 2007

......

......................

Pada dasarnya masyarakat masih membutuhkan pekerjaan tidak terkecuali untuk bidang sekuriti. Masyarakat masih merasakan sulitnya mencari pekerjaan. Persoalan yang ada sehingga masyarakat kurang berminat dibidang sekuriti adalah nuansa bisnisnya yang begitu kental. Masyarakat menganggap bahwa mereka merasa dirugikan jika masuk ke dunia sekuriti.
Negara kita, menurut catatan dari bank dunia lebih dari 35% tinbgkat pengangguran yang ada di Indonesia. Kalau jumlah penduduk Indonesia kitaasumsikan 300 juta orang berarti ada sekitar 105 juta penduduk Indonesia yang menganggur. Tingginya angka pengangguran tersebut seharusnya menjadi peluang yang sangat baik bagi perusahaan untuk menarik tenaga kerja. Tetapi kenapa hal tersebut terjadi sebaliknya?
Menurut Djimanto, untuk pertumbuhan ekonomi sebesar 0,5% akan mampu membuka lapangan pekerjaan untuk 2 juta orang. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia sekarang ini, 2007, hanya sekitar 6%, berarti pertumbuhan ekonomi kita hanya menyerap tenaga kerja sekitar 12 juta orang saja. Sedangkan angka pengangguran begitu tingginya dan terus bertambah setiap tahunnya.
Secara matematis sebenarnya tidak kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja, sekuriti. Karena jumlah tenaga kerja yang tersedia sangat banyak. Puluhan juta pengangguran usia produktif dan pengangguran terselubung tersedia melimpah di Indonesia. Kalau perusahaan sekuritin sekarang ada sekitar 300 perusahaan. Berarti satu perusahaan sekurit bisa mendapat jatah sekitar 300 ribuan orang untuk dididik menjadi sekuriti.

..................................

Susahnya Mencari Security Baru



Kenyataan seperti itulah yang menyebabkan para pelamar menjadi enggan menjadi sekuriti. Sehingga tidak mengherankan banyak perusahaan sekuriti sekarang ini yang kesulitan untuk mencari pelamar. Para pelamar selalu merasa was-was dan selalu tidak tenang dalam bekerja. Selalu dihantui rasa tidak nyaman dan rasa akan di PHK setiap waktu. Intinya hantu PHK selalu menghantui mereka.

Wacana dimasyarakat bahwa masuk kerja harus membayar juga mempengaruhi para pelamar malas untuk mengajukan lamaran mereka di bidang sekuriti. Analoginya adalah sebagai berikut; jika seseorang sebelum masuk kerja sudah dimintai uang, Rp. 1. 000. 000. Gaji mereka sebagai seorang sekuriti adalah minimal Rp. 1. 100. 000,-. untuk mengembalikan uang masuk kerja sebesar Rp. 1. 000. 000,- dibutuhkan paling sedikit tiga bulan.
bersambung.
...............................

Minggu, 16 September 2007

Susahnya Mencari Security Baru

Menjadi sebuah pertanyaan besar bagi masyarakat kita disaat pengangguran begitu tinggi tetapi BUJP kesulitan dalam mencari calon security baru. Kesulitan ini terlontar dari beberapa pengusaha BUJP dalam bincang-bincanbg tidak formal. Mereka mengalami kesulitan dalam mendapatkan personil sekuriti baru.

Kondisi ini sangat berbeda sekali dengan kondisi sebelum tahun 2005. Pada masa itu perusahaan sekuriti dapat dengan mudah memperoleh pelamar untuk didik menjadi sekuriti. Peserta pendidikan bisa mencapai ratusan. Satu bulan bisa mengadakan pendidikan minimal satu kali bahkan bisa lebih. Pada saat itu, peserta pendidikan tidak langsung bekerja. Mereka menunggu berminggu-minggu bahkan ada yang sampai berbulan-bulan menunggu panggilan untuk ditempatkan.
Kondisi telah berubah. Perusahaan sekuriti telah banyak bermunculan bagai cendawan di musim hujan. Besar dan kecil bermunculan ikut dalam perlombaan untuk memperoleh kue keuntungan dalam dunia sekuriti. Mudahnya memperoleh ijin dari mabes polri mungkin juga menjadi satu penyebab banyaknya perusahaan sekuriti bermunculan. Tidak mengherankan memang, jika banyak pengusaha yang tertarik terjun dalam bisnis dunia sekuriti.
Banyaknya perusahaan sekuriti menjadi semakin banyak pilihan yang didapat dijadikan pilihan bagi pelamar kerja. Mereka dapat memilih perusahaan sekuriti yang mereka mau sesuai dengan keinginan mereka. Mereka bebas menentukan pilihan mereka. Pelamar tidak lagi harus antri untuk melamar menjadi seorang sekuriti. justru sebaliknya sekarang, perusahaan sekuriti berebut untuk mendapatkan pelamar.
Faktor lain yang menjadi penyebab perusahaan sekuriti susah mencari pelamar adalah sistem kontrak dan gaji yang terlampau rendah dibandingkan dengan resiko yang harus mereka tanggung dalam bekerja. Sistem kontrak yang diberlakukan oleh perusahaan sekuriti membuat mereka kurang tenang dalam bekerja. Selalu was-was dan takut jika di PHK ditengah jalan. Sekuriti selalu dihantui bayang-bayang PHK dalam bekerja. Sebenarnya hal tersebut tidak perlu terjadi jika sekuriti tersebut bekerja dengan baik. Sistem kerja kontrak memang sangat mudah bagi pengusaha untuk memberhentikan mereka dalam bekerja.
Dalam aturan ketenagakerjaan memang disebutkan dengan jelas bahwa setelah kontrak kerja yang kedua atau pada tahun ketiga jika seorang pekerja diperpanjang masa kontraknya maka dia harus diangkat menjadi karyawan tetap. Kenyataan dilapangan adalah setelah pekerja kontrak menguinjak tahun ketiga, mereka diharuskan untuk membuat surat lamaran kembali ke perusahaan. Akibtanya, mereka dianggap sebagai karyawan baru kembali. Perusahaan tidak harus mengangkat mereka menjadi karyawan tetap.
bersambung.......
............................

Kamis, 06 September 2007

Antara Professionalisme dan Profit (2)

...................................................

Kentalnya nuansa bisnis dalam dunia skurity disebabkan lebih karena faktor kesempatan saja. Para pelaku bisnis yang trauma dengan issu teroris dan maraknya ancaman bos di indonesia membuat masyarakat cemas. Kita bisa memperkirakan sendiri, jika suatu pusat perbelanjaan diledakkan oleh teroris. Berapa kerugian yang harus diderita oleh pengusaha untuk akibat ledakkan tersebut. Selain itu, masyarakat juga trauma untuk pergi dan merasa takut jika pergi ke pusat perbelanjaan jika tidak ada pengamanan yang maksimal.
Akibat dari tuntutan masyarakat akan faktor keamanan yang tinggi tersebut membuat bisnis security menjadi booming. Puluhan bahkan ratusan BUJPP muncul di Jakarta. Dari yang skala kecil, menengah sampai dengan usaha dalam skala besar. Dari mulai BUJPP yang terdaftar sampai dengan BUJPP yang gelap. Pelaku bisnis inipun berasal dari kalangan yang beraneka ragam. Mulai dari para purnawirawan TNI/Polri, sipil, pengusaha lain bidang, sampai dengan politisi ada yang ikut dalam bisnis ini.
Keuntungan yang menggiurkan dari bisnis ini menjadikan para pelaku dalam bisnis seakan lup[a akan faktor kualitas yang ahrus diusung. Pelaku bisnis seakana menomorduakan faktor kualitas dari personil security. Sehingga persaingan dalam dunia bisnis security ini semakin ketat. Faktor harga menjadi penentu utama dalam bisnis ini. BUJPP saling banting harga tanpa memperhatikan faktor kualitas dari personil securitynya.
Akibatnya, banyak BUJPP yang goyah dan bangkrut. Tapi tidak sedikit pula BUJPP yang memperoleh keuntungan besar dari bisnis ini. Sehingga saat ini, banyak BUJPP berada dalam posisi bertahan. Persaingan tidak sehat tersebut membuat BUJPP dengan konsep keamanan yang professional mengambil langkag bertahan agar tidak bangkrut.
Kondisi ini harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Polri sebagai pembina teknis dilapangan, AMSI sebagai satu-satunya asosiasi security yang ada dan kalau mungkin juga campur tangan dari departemen perindustrian untuk mengatur persaingan usaha bisnis keamanan ini.

Security Audit 3

Seperti yang diterangkan sebelumnya bahwa dalam melakukan audit pengamanan diperlukan pengetahuan, pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan audit. Kedua komponen tersebut sangat penting dikuasai oleh seorang auditor/ assessor untuk melatih tingkat kepekaan terhadap suatu gangguan.

Kompleknya masalah keamanan dan perbedaan karakter keamanan dari satu lokasi dengan lokasi yang lain menyebabkan perbedaan tingkat ancaman keamanan dan tingkat ancaman. Sebagai contoh untuk suatu obyek pengamanan pusat perbelanjaan. Walaupun terdapat dilokasi yang sama tetapi belum tentu mempunyai ancaman yang sama. Faktor karyawan dan faktor lingkungan, struktur gedung, budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan berbagai faktir lainnya mempunyai andil besar dalam terhadap timbulnya gangguan keamanan. Hal itulah yang menuntut kepekaan seorang assessor dalam mengidentifikasi terhadap gangguan keamanan yang ada.
Selain itu, lingkungan sekitar juga sangat berpengaruh terhadap timbulnya gangguan keamanan. Walaupun berada dilingkungan yang sama tetapiu jika obyek pengamanan yang satu konsen terhadap CSR, Corporate Social Responsibility, tetapi obyek pengamanan lainnya tidak konsen terhadap pelaksanaan CSR, maka ancaman keamanan akan berbeda. Setidaknya untuk tingkat ancamanannya.